Dunia dan Ilusinya
Nilai kehidupan dunia tidak diukur dari melimpahnya harta, tingginya jabatan, ataupun kesenangan duniawi belaka, semua itu bersifat sementara. Karena itu, janganlah menjadikan semua itu sebagai tujuan akhir dari kehidupan dunia.
Alquran menggambarkan kehidupan yang menunjukkan hakikat kehidupan dunia sebenarnya tidak terlena dalam urusan dunia, dan melupakan kehidupan akhirat.
Pertama, al-la’b wa-lahwu (permainan dan senda gurau). Kesenangan dunia hanya sebentar, tidak kekal. Untuk itu, jangan mudah terpedaya olehnya, serta lalai dari memperhatikan urusan akhirat.
Sesungguhnya kenikmatan dunia itu hanya sebagai penghilang kepedihan, dan tidak lebih dari permainan dan senda gurau belaka.
Allah SWT berfirman, “Dan tiadalah kehidupan dunia ini, selain dari main-main dan senda gurau belaka. Dan sungguh kampung akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang bertaqwa. Maka tidakkah kamu memahaminya?” (QS Al-An’am [6]: 32).
Kedua, al-zinah (perhiasan). Kehidupan dunia berupa wanita, keturunan, harta dari jenis emas dan perak, kuda pilihan, binatang ternak, sawah ladang, dan sejenisnya hanyalah sebuah perhiasan, bukan suatu nilai.
Semuanya adalah sarana, bukan tujuan. llah SWT berfirman, “Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga).” (QS Ali Imran [3]: 14).
Ketiga, al-ghurur (tipuan). Penggambaran dunia dengan al-ghurur, karena dunia dapat menundukkan manusia, membuat mereka condong kepadanya, dan lalai dari apa ang seharusnya dipersiapkan untuk menghadap Allah SWT. Allah SWT berfirman, “Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan.” (QS Ali Imran [3]: 185).
Keempat, al-aradh (harta benda). Harta benda tidak akan kekal dan tidak akan abadi. Kehidupan dunia datang hanya untuk memberi peringatan akan ketidakabadiannya (QS Annisa’ [4]: 94).
Rasulullah SAW menegaskan, ”Kekayaan sejati bukanlah terletak pada banyaknya harta benda, akan tetapi terletak pada kelapangan hati.” (HR Muslim).
Para penghuni dunia selalu ingin saling berbangga dengan kekayaan, kekuasaan, kekuatan, keturunan, kedudukan, dan sebagainya. Mereka ingin menjadi populer dalam urusan dunia, karena ketidaktahuannya.
Sedangkan bagi mereka yang senantiasa waspada dan mengetahui hakikat kehidupan dunia, akan menjadikannya sebagai jembatan penyeberangan. Dunia bukan tujuan akhir, tetapi sebagai sarana yang dapat mengantarkannya menuju kebahagiaan yang hakiki. Wallahu a’lam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar